Jumat, 27 Agustus 2010

Resensi Novel Dua Pasang Mata

Judul Buku    : Dua Pasang Mata
Penulis          : Alexandra Leirissa Yunadi
Penerbit        : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan        : November, 2008
Tebal Buku   : 280 halaman
Ukuran          : 13,5 x 20 cm
Jenis Buku   : Teenlit
Harga            : Rp. 35.000
                                                      Rp. 29.750




       Novel Dua Pasang Mata ini merupakan salah satu novel Alexandra yang ditulisnya saat duduk di kelas 2 SMP. Novel ini dulu dibuat dengan latar belakang Amerika dan kini ditulis ulang dengan penambahan dan pengurangan karakter, perubahan setting cerita, serta penambahan dan pengurangan isi cerita. Novel ini selalu ia khayalkan akan menjadi novel pertamanya yang diterbitkan. Sebelum menerbitkan novel ini, Alexandra telah menulis sebuah novel cerita rakyat anak-anak berjudul Cinta Ande-Ande Lumut. Namun, Dua Pasang Mata adalah novel karya aslinya yang pertama.

       Theola, seorang gadis cantik dengan matanya yang berbentuk biji almond, berambut pendek dan agak keriting. Pada awalnya, ia sangat menyayangi kakaknya yang bernama Ralphie yang selisih usianya hanya satu tahun di atasnya. Ralphie selalu menjaganya dan melindunginya. Tapi semenjak tujuh tahun yang lalu tepatnya di Bandung, saat kecalakaan yang tidak di sengaja di lakukan Ralphie, Theola menjadi membenci kakanya. Dia menganggap Ralphie telah merampas tiga hal terpenting dalam hidupnya: sepasang mata untuk melihat keindahan dunia, sorang adik yang paling manis, dan kepercayaan akan kasih saying seorang kakak. Ia tak lagi percaya bahwa Ralphie sangat menyayanginya. Menurutnya, jika Ralphie menyayanginya, ia tak akan merampas tiga hal terpenting tersebut. Ralphie pun kabur dari rumahnya meninggalkan adik, mama, dan papa yang dia sayangi. Unsur yang lebih domain disini bukanlah percintaan, namun kasih sayang yang mendalam dari seorang kakak terhadap adiknya. Hal ini membuat pembaca tidak bosan dengan cerita pada novel ini. Karena, permasalahannya sangat menarik dan menyentuh. Theola kini hanyalah seorang gadis buta yang hanya bisa melihat terang dan gelap. Pada akhirnya Ralphie yang kini sering di panggil Rabel (Ralphie gembel) oleh teman-temanya dapat bertemu kembali dengan Theola adiknya, dia mencoba menjadi orang lain untuk menjaga Theola. Karena ia khawatir jika ia hadir kembali dalam hidup Theola sebagai Ralphie, Theola tak mau bertemu dengannya. Rabel selalu menjaga dan melindungi theola hingga kemudian Theola jatuh cinta terhadap Rabel, Namun itu akhirnya tidak terjadi berkat sahabatnya Rabel dan Theola yang memepertemukan mereka, Marva dan Adiel. Pada akhirnya Ralphie mendondorkan sepasang matanya untuk Theola tanpa sepengetahuan adik tersayangnya itu. Theola pun kembali bisa melihat bentuk dan warna keindaan dunia. Namun Ralphie kini telah tiada.

       Karakter tokoh pada novel ini tidak monoton. Bahasanya juga bahasa anak muda. Cerita novel ini saling berkaitan dan membuat pembacanya menjadi penasaran dengan akhir ceritanya. Novel ini masih menggunakan kertas buram. Bahasanya masih tampak kaku. Novel seperti ini akan lebih bagus bila disuguhkan dalam bahasa yang sedikit bermajas dan melankolis. Akhir ceritanya kurang menggemaskan namun, jalan menuju endingnya sangat-sangatlah menyentuh. Banyak himah yang dapat di ambil di dalamnya, antara lain kepercayaan, kasih sayang dan cinta.